Rabu, 18 Februari 2015

Kebahagiaan Harus di Perjuangkan


Fenomena ponsel berkamera dan berinternet membawa kita masuk pada satu era baru
kehidupan. Era dimana sulit dibedakan lagi mana ruang pribadi dan mana ruang untuk
konsumsi publik.
Banyak diantara kita, termasuk saya, ikut terbawa arus itu. Kita memanfaatkan
teknologi untuk berbagi informasi, berbagi cerita, dan kebahagiaan pengalaman diri,
dll dengan harapan orang yang menginginkan kebahagiaan seperti yang kita peroleh
dari Allaah, dapat mengetahui langkah2nya agar apa yg mereka inginkan bisa
terwujud. Atau sebaliknya, jangan sampai orang lain merasakan seperti yang
mungkin pernah kita rasakan. Apakah itu kecurian, kecelakaan, sakit maupun yang
lainnya.
Namun sayangnya masih ada di antara kita yang berpikiran kurang membangun,
seperti misalnya menganggap seseorang yang pergi ke sebuah tempat indah, atau
berbagi gambar hasil karyanya, atau mungkin juga berbagi dalam hal apapun,
merupakan sebuah wujud unjuk diri semata alias pamer.
Bagi saya pribadi, it is none of my business to look for what scenarios behind any
scene. It IS my business to take it as a constructive way to upgrade me, myself.
Misalnya, ada orang mengunggah foto dirinya wisata ke luar negeri. Kagum, tentu.
Kepingin, manusiawi. What I have to do then adalah bagaimana mempelajari langkah2
agar bisa seperti dirinya. Dan bukannya semata berkomentar sinis akan kepergiannya
berjalan-jalan. Alah, pamer thok. Hello, you never know what they have done in the
past. Siapa tahu itu adalah buah dari kesabarannya menabung berpuluh tahun. We
never know.
Kemudian, jika misalnya kulihat kawan sukses dalam bisnisnya. Mengunggah bukti
suksesnya di dunia maya, maka tugasku bukanlah menceramahi atau mengomentari
dia. Kalau iri, ya iri lah dalam hal yang membangun. Jika tidak tahu, cari tahulah
sendiri. Bukan dengan serta merta kita mengorek sampai rahasia dapurnya terbuka.
Istilah orang jawa, ora elok. It is unpolite.
Go build your own business! Lakukan dari nol.
Dulu saya pun mencari supplier kesana kemari, hubungi banyak produsen dan supplier
barang.
Rugi? Jangan ditanya.
Lelah?
Sampai akhirnya tibalah kami di posisi sekarang ini, biidznillaah walhamdulillaah.
*sekilas curhat
Atau, barangkali ada temanku yang berbahagia dalam pernikahannya. Maka bukan
tugas kita meratapi kenyataan that probably on its lowest level, lalu mengutuki
takdir. Sungguh, itu adalah perbuatan orang2 pandir. Tugas kita adalah
mengerahkan segala upaya untuk mewujudkan apa yang kita impikan. Kita tak pernah
tahu, mungkin saja rumah tangga dia nyaris karam, namun ia terus berjuang sekuat
tenaga bersama pasangannya sehingga layar pernikahannya pun bisa kembali
mengembang.. lantas mengapa kita hanya diam dan menjadi penonton kebahagiaan
orang saja?
Kebahagiaan tidak akan terwujud sekadar dari komentar.
Ia harus diperjuangkan...
Dicari...
Andai kita jatuh, bangun lagi...
Get ourselves up.
Gagal itu bukanlah saat kita tersungkur, akan tetapi saat kita diam berputus asa
padahal harapan itu masih ada.

-Malda Rizky Wardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar