Kamis, 30 Oktober 2014

Menteri Bertato dan Perokok

Akhir-akhir ini saya perhatikan di media sosial sedang ramai dibicarakan beberapa berita. Salah satunya yaitu tentang seorang menteri bertato dan perokok  yang baru dipilih oleh Presiden kita saat ini.

Opini dan respon masyarakat pun bermacam-macam. Ada yang sangat frontal menolak atau tidak setuju dengan menteri pilihan jokowi tersebut ada juga yang setuju-setuju saja.
Ada yang membela ada juga yang mencela.

Bagaimana menurut pendapat saya tentang hal ini?
Ah mungkin pendapat saya tak penting, juga tak bermanfaat tapi izinkanlah saya untuk menyampaikan apa yang harus saya sampaikan.

Pertama, soal menteri yang dipilih oleh Presiden kita yang bertato dan merokok, apakah itu sebuah kesalahan?ataukah sah-sah saja?
Kalo dilihat dari konstitusi kita beliau boleh-boleh saja dipilih menjadi menteri tapi masyarakat kita menilai bahwa rokok dan tato adalah hal yang negatif. Masa seorang menteri atau public figure melakukan itu sih? Mungkin begitu kira-kira pendapat sebagian masyarakat kita. Rokok dan tato memang bukan merupakan hal yang baik, saya yakin kita tidak ingin mempunyai keturunan yang merokok apalagi bertato tapi sedihnya banyak orang yang bilang ah gapapa bertato dan merokok yang penting kinerja nya bagus, yang penting gak korupsi. Nah, ente mau punya anak yang baik, jujur ga korupsi tapi ngerokok dan bertato ? Harusnya kita harus jujur pada diri sendiri, kita tahu bahwa itu tak baik, katakanlah bahwa itu tak baik, kalau itu buruk maka katakanlah itu buruk. Menurut saya baik saja tak cukup, baik juga harus dilengkapi dengan iman. Artinya ia baik dan taat kepada Allah, melakukannya karena Allah. Betapa bahagianya kita jika kita punya pemimpin yang baik dan beriman. Punya menteri yang baik dan beriman bahkan anak yang baik dan beriman. Apakah lantas yang punya tato dan merokok itu tak beriman? Wah saya ga bisa jawab tuh, yang jelas agama kita melarang tato dan rokok. So, jangan coba-coba yaaa.....

So, please... jangan lagi berfikir yang penting ga korupsi, yang penting baik. Mau dia bertato kek, mau dia ngerokok kek, mau dia minum-minuman keras kek, mau dia berzina kek bodo amat yang penting baik.Please jangan lagi berfikir seperti itu ya my dear karena kita ga mau kan punya keturunan yang hanya "yang penting baik" tapi moralnya rusak? Ga mau kan?.. kita harus jujur bahwa yang buruk itu buruk, yang jelek itu jelek. Kita boleh benci, tapi bukan benci sama orangnya tapi benci perbuatannya. Bencilah karena Allah bukan karena yang lain.

Yang lebih bodohnya, banyak juga orang yang membandingkan menteri itu dengan mantan gubernur Banten yang sekarang terjerat kasus korupsi, katanya ex gubernur itu pake jilbab, gak bertato dan ga merokok tapi korupsi, memdingan mentri itulah walopun bertato dan ngerokok tapi ga korupsi. Sorry to say, you are so stupid kalo ngebandingin mereka. Sungguh sangat teramat bodoh. Saya bukan pembela ex gubernur itu ya, saya juga benci sama perbuatannya yang korup. Kita harus jujur bahwa korupsi itu salah, korupsi itu dosa tapi dear.. kenapa mesti bawa-bawa jilbab? Jilbab itu baik, itu perintah agama. Ketika si pemakai melakukan dosa itu bukan karena jilbabnya tapi itu karenan keimanannya.
Nah, kalo dengan adanya perbandingan tersebut apakah kita bisa mengatakan bahwa si menteri itu lebih baik? menurut saya yang baik adalah ia ga korupsi tapi juga ga merokok dan bertato. Iya apa iyaa? :D

 Mereka punya sisi negatif dan positif  yang memang tak bisa kita bandingkan gitu aja.inget loh bahwa ga ada manusia yang sempurna. Barangkali kita eh saya sendiri yang sudah banyak omong ini adalah yang paling banyak kejelekannya minim kebaikannya. Jadi, langkah bijak untuk kita menyikapi hal itu adalah jangan mencela orang lain habis-habisan sampai kata-kata buruk yang keluar. Rugi! Lebih baik kita instropeksi diri kita banyak-banyak semoga kita dijauhi dari perbuatan yang buruk. Jangan membanding-bandingkan orang lain berdasarkan kulit luarnya saja. Tak ada yang tahu  nilai keimanan seseorang tapi yang pasti kita harus jujur bahwa yang buruk itu buruk jangan malah dibela gapapa buruk asal baik. Nah lho!?  and the last, banyak-banyak lah berdoa untuk kita, keluarga kita dan pemimpin kita agar semakin taat padaNya. Semoga keimanan kita kian hari kian bertambah bukan malah berkurang.

Aamiin


Selasa, 28 Oktober 2014

Resensi Novel Rindu Karya Tere Liye

Resensi Novel Rindu
Karya  : Tere Liye
Soft cover 544 halaman

 Menjawab pertanyaan dalam sebuah perjalanan


“Apalah arti memiliki,
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan,
Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
Dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta,
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?”
            Untaian kata-kata itu saya temukan di cover belakang novel Rindu karya Tere Liye. Kata-kata yang dalam sekejap mampu membuat saya berfikir dan menemukan makna yang begitu dalam. Kata-kata itu begitu indah sehingga tanpa pikir panjang saya membelinya dan tak sabar ingin segera membacanya.
            Ketika membaca lembar-lembar pertama saya agak bingung tentang apa dan siapakah sebenarnya kisah ini? karena di bagian awal, cerita disajikan secara acak berdasarkan tokoh sentral di novel tersebut membuat pembaca berfikir apa hubungan cerita di antara tokoh-tokoh tersebut. Cerita mengalir begitu alami dan indah, satu persatu tokoh muncul dan seperti biasa Tere Liye sebagai penulis mampu mengaduk-aduk emosi pembaca dan berhasil membuat pembaca penasaran sehingga membuat saya terus melahap lembar demi lembar berikutnya hingga habis.
            Di bagian awal novel, pembaca akan disuguhkan narasi tentang kesibukan kegiatan di pelabuhan, menggambarkan proses naiknya penumpang ke kapal, hilir mudik kuli angkut dan sebagainya. Suasana tersebut dideskripsikan begitu detail oleh penulis sehingga pembaca dapat merasa benar-benar hadir di tempat tersebut. Penulispun menyisipkan beberapa cuplikan sejarah di negara kita. Novel ini menjadi lebih lengkap dengan adanya cuplikan sejarah tersebut.
            Hal yang menarik dari novel ini adalah penulis memilih latar waktu tahun 1930an, waktu dimana Indonesia masih dijajah oleh Belanda, jauh sebelum Indonesia merdeka. Ketika itu teknologi masih sangat sederhana dan tidak canggih sekarang. Meskipun demikian penulis mampu menceritakan keadaan di masa itu dengan sangat baik, menceritakan suasana ketika itu dengan sangat detail seakan-akan penulis memang hidup di jaman tersebut.

           Hal menarik lainnya yaitu latar tempat di novel ini. Novel ini memakai latar sebuah kapal uap yang bernama “Blitar Holland”. Kapal yang akan melakukan sebuah perjalanan panjang nan suci. Kapal tangguh di jamannya untuk menuju ke tanah suci. Sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan perasaan kerinduan melihat baitullah dan beribadah di sana. Sebuah perjalanan yang ketika itu ditempuh bukan hanya dalam waktu sehari dua hari atau seminggu dua minggu tapi perjalanan yang akan menempuh waktu hingga satu bulan lamanya. Di perjalanan inilah kisah akan dimulai.
            Dalam perjalanan ini ada beberapa tokoh yang diceritakan, mereka adalah Ambo Uleng, Daeng Andipati, Bonda Upe, Mbah kakung dan Guruta. Masing-masing dari mereka memiliki pertanyaan yang ingin ditanyakan. Sebuah pertanyaan yang mungkin bagi sebagian orang adalah pertanyaan yang sederhana namun sulit untuk mereka temukan jawabannya sendiri. Pertanyaan itu adalah tentang masa lalu yang memilukan, tentang kebencian kepada seseorang, tentang kehilangan kekasih hati, tentang cinta sejati, dan tentang kemunafikan.
         Dalam perjalannya pertanyaan-pertanyaan tersebut satu persatu terkuak dan mendapatkan jawabannya. Jawaban yang sederhana tapi mengena, jawaban yang sejatinya adalah hasil dari sebuah pemahaman yang baik dan indah. Jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut selalu berhasil dijawab dengan baik oleh salah satu tokoh dalam novel tersebut yaitu Ahmad Karaeng yang biasa dipanggil Guruta yang dalam bahasa makassar berarti guruku.
         Guruta diceritakan sebagai seorang ulama yang sangat masyhur dan dihormati oleh masyarakat di makassar. Beliau diceritakan sebagai sosok yang bijak dan ‘alim dalam ilmu agama selain itu beliau juga masih keturunan dari Raja Gowa pertama yang memeluk islam, guruta juga masih kerabat dari syeikh Yusuf seorang ulama besar yang dibuang Belanda. Dalam kisah ini dan dalam perjalanan ini Guruta lah yang berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan dari tokoh lainnya. Guruta lah yang memberikan jawaban dan nasehat yang bijak sehingga akhirnya keadaan mereka menjadi lebih baik. Tapi siapa sangka Guruta yang bijak dan mampu menjawab pertanyaan orang lain ternyata juga memiliki pertanyaan yang ia tak bisa jawab sendiri. Ya, guruta tak bisa menjawab pertanyaan yang mengendap di dalam hatinya. Kelak, di akhir cerita pertanyaan Guruta akan terjawab bukan lagi dengan ucapan tapi dengan perbuatan.
        Salah satu nasehat Guruta yang membekas adalah tentang memaafkan. Guruta berkata,”Ketahuilah nak, saat kita memutuskan memaafkan seseorang , itu bukan persoalan apakah orang itu salah dan kita benar. Apakah memang orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati.” Kedamaian di dalam hati, ya kita butuh kedamaian itu lantas mengapa kita tetap membenci?merusak kedamaian di hati kita sendiri.
       Di novel ini Banyak nasehat dari Guruta yang secara tidak langsung telah menasehati kita, kata-katanya bijak dan membuat kita mengerti hakekat hidup, nasehatnya indah dan tidak seperti sedang menggurui. Guruta ini mengingatkan saya pada tokoh Pak Tua di novel Tere Liye yang lain yaitu Kau,Aku dan sepucuk angpau merah.Mereka sama-sama digambarkan sebagai sosok orang tua yang bijak, berilmu pengetahuan dan banyak pengalaman. Menurut saya sosok Guruta adalah nyawa dalam novel ini karena tokoh Guruta lah nilai-nilai kebaikan dari novel ini dapat tersampaikan.
            Salah satu tokoh lain yang telah mencuri perhatian adalah Ambo Uleng. Dia sosok yang begitu pendiam dan tak banyak bicara. Dia diceritakan sebagai tokoh yang sedang memiliki masalah yang hanya dikeetahui olehnya sendiri, memendam masalahnya dan hanya bercerita dengan jendela kabin, menatap lautan lepas dalam kesendirian. Ambo Uleng sebelumnya adalah seoang pelaut namun kemudian melamar pekerjaan di kapal uap Blitar Holland. Dia melamar pekerjaan di kapal tersebut bukan untuk mendapatkan uang tapi ia ingin pergi sejauh-jauhnya dari tempat ia lahir dan dibesarkan. Di kapal tersebut kelak diceritakan ia hendak merusak dirinya sendiri, berhari-hari tak tidur hanya karena memikirkan hal yang hanya ia pendam sendiri. Sebuah pertanyaan yang tak kuasa ia jawab. Sebuah pertanyaan tentang perasaan yang tak bisa ia hilangkan. Kenapa gerangan Ambo Uleng?Ada masalah apa dia? Pertanyaan itulah yang membuat saya terus menyelesaikan membaca novel ini.
            Tokoh berikutnya yaitu Daeng Andipati dan keluarganya yang merupakan saudagar kaya dari Makasar yang terlihat teramat bahagia dengan kehidupannya. Dia punya segalanya, harta, kehormatan, istri yang cantik dan anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Anna dan Elsa sebagai anak andipati membuat novel ini lebih hidup karena tingkah polos dan lucunya anak-anak. Dengan apa yang ia miliki saat itu apakah ia benar-benar bahagia? Atau ada hal yang ia sembunyikan?. Apapun itu yang pasti Daeng Andipati juga punya pertanyaan yang sungguh sangat ia tanyakan. Pertanyaan yang berasal dari sebuah perasaan yang sangat mengganggu hidupnya. Pertanyaan itu sudah lama ia cari jawabnya namun di kapal inilah akhirnya ia menemukan jawabannya.
             Dua pertanyaan lainnya adalah dari Mbah kakung yang merupakan penumpang dari Surabaya dan Bonda Upe yang menjadi guru mengaji untuk anak-anak di kapal. Pertanyaan mereka merupakan pertanyaan penting. Pertanyaan yang barangkali sering pula kita tanyakan. Bukan pada manusia tetapi kepada Tuhan. Mengapa begini? Mengapa begitu? Pada akhirnya pertanyaan mereka terjawab dengan sangat manis dan membuat kita mengerti banyak hal dalam hidup.
            Membaca novel Rindu ini secara tidak langsung akan membuat kita merenung dan berfikir tentang hidup juga berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, bagaimana tidak? Di dalamnya mengajarkan kita nilai-nilai kebaikan seperti bagaimana kita menyikapi takdir,masa lalu, cinta sejati dan lain sebagainya. Novel ini sarat pesan moral dan sarat makna, banyak pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis dari novel ini, salah satunya adalah pemahaman bahwa apa yang terjadi di hidup ini sudah digariskan oleh Tuhan dan kita hanya wajib berusaha dan berdoa juga berharap dan kemudian kita benar-benar menyerahkan hasilnya kepada Tuhan dan menerima apapun keputusanNya.
            Novel ini juga mengajarkan pengorbanan, nilai-nilai hidup yang harus kita pegang dan tentu saja percaya kepada takdir Tuhan yang akan selalu indah karena Dia lebih mengetahui dibandingkan hambaNya. Berikut ini adalah salah satu nasehat Guruta yang juga sangat indah...
“Percayalah, jika itu cinta sejati kau, maka ia akan kembali entah karena kebetulan, takdir atau apalah. Tapi jika tidak, maka engkau akan menemukan yang lebih baik darinya. Percayalah”

         Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa novel ini sangat baik untuk dibaca, ceritanya menghibur namun tetap sarat pesan moral selain itu banyak pengetahuan yang kita dapat dari novel ini. Pengetahuan sejarah, pengetahuan tentang kapal, bahasa bahkan tentang agama. Salut kepada penulis yang mampu membuat novel seperti ini. Tulisannya terasa hidup dan nyata serta sarat makna.
         Bagi yang ingin mendapat warna berbeda dalam sebuah kisah, novel Rindu ini bisa menjadi referensi.

Selamat membaca !^^

Senin, 27 Oktober 2014

Cerita si Supir Angkot

Cerita ini saya dengar ketika saya menumpang sebuah angkot ke bilangan pasar baru jakarta pusat. Sebenarnya si supir angkot cerita ke orang sebelahnya bukan ke saya tapi saya gak sengaja denger hehe serius saya ga sengaja denger, soalnya dia cerita kenceng-kenceng ya otomatis kedengeran lah.hehe

Oia si supir angkot membawa serta putrinya yang masih berumur sekitar 2 atau 3 tahun. Dia bercerita bahwa ia telah bercerai dengan istrinya karena istrinya pernah ia pergoki keluar dari hotel dan yaa mungkin selingkuh kali ya (gatau juga deh namanya juga ga sengaja denger hehe )

Terus dia cerita kalo istrinya itu ga pernah nyuciin baju suami dan anaknya. Dia mencuci baju dia sendiri sedangkan baju istrinya dilaundry. Dalam hati saya bilang, kejam banget itu mah istrinya.

Terus dia cerita kalo anaknya juga ga diurus ama istrinya itu, anaknya terlantar sehingga akhirnya dia memilih cerai dan membawa serta anaknya.

Ketika saya lihat anak kecil itu, anak itu begitu riang bahkan tersenyum pada saya. Mungkin dia tak mengerti apa yang sedang terjadi. Kenapa ia mesti ikut ayahnya "narik angkot" kenapa ia tak bersama ibunya, kenapa dan kenapa...

Dalam hati, saya lebih memikirkan bagaimana nasib anak itu kelak, akan jadi apa anak itu kelak. Anak itu begitu lugu dan polos. Anak itu begitu lucu tapi telah kehilangan kasih sayang ibunya, ia begitu lemah tapi sudah harus merasakan kerasnya hidup. Sekecil itu!

Maka bersyukurlah kita ketika saat ini kita dilahirkan dari ayah ibu kita saat ini.
Inilah takdir kita, takdir terbaik kita bagaimanapun keadaannya.

Saya sungguh berdoa semoga Allah menjaga makhluk-makhluk suci itu, semoga Dia melindungi dari orang-orang jahat dan perbuatan jahat.
Semoga kelak anak-anak itu mendapatkan pemahaman terbaik dari apa yang telah dialaminya ....


Home schooling as an alternative education

Have you ever heard about home schooling?
What do you thing about it?

Aneh, tabu, gak biasa.

Mungkin itu pendapat yang beredar di masyarakat kita ketika denger istilah "homeschooling". Wajar, karena masyarakat kita sudah terlanjur terbiasa dengan belajar itu harus dengan guru, belajar itu harus dengan buku dan tentu saja belajar itu harus di sekolah. Banyak pendapat-pendapat yang sebenernya gak sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri.
Coba deh fikirin, apa sih sebenernya tujuan pendidikan itu?
Apa tujuan kita sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, kuliah S1, S2 atau bahkan S3?

Coba jawab!
Udah?
Mungkin kebanyakan orang akan jawab bahwa kita sekolah tinggi tentunya untuk dapet ijazah terus ngelamar kerja deh. Karena ngelamar kerja pasti diminta ijazah, transkip nilai dan seterusnya dan seterusnya. Kayaknya masyarakat kita kebanyakan kaya gini ya?(jangan-jangan termasuk saya?!)
Atau ada juga yang melanjutkan pendidikan setinggi mungkin biar jabatannya naik, kalo jabatannya naik otomatis gajinya juga naik betul ga nih?hehe
Yang lebih naif lagi kalo ada yang ngejar gelar biar di undangan gelarnya banyak di undangan pernikahan nanti.haha
Yaa nggak salah sih sebenernya mungkin itu salah satu kebanggaan orang tua juga ketika anaknya punya gelar banyak dan ditulis di kartu undangan hehe...

Hal-hal yang telah disebutkan di atas adalah fakta yang terjadi di masyarakat kita. Pendidikan masih sebatas formalitas. Formalitas untuk mendapat kebahagiaan (?) Lebih jauh lagi pendidikan menjadi komoditi empuk untuk dikomersilkan. Mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan para kapitalis. Belum lagi di zaman demokrasi ini pendidikan juga banyak dipolitisir oleh para politisi busuk.

Pendidikan itu sebenarnya adalah suatu yang sangat fundamental bagi suatu bangsa. Jika saja semua stakeholder di bidang pendidikan mengerti bahwa siswa bukanlah robot yang bisa diperintah semaunya, dan guru bukanlah malaikat yang dituntut begitu banyak hal, dibebani berbagai tugas.

Mereka hanya tahu bagaimana membuat sebuah kebijakan. Sebuah kebijakan yang kadang justru merugikan siswa dan guru itu sendiri yang merupakan ujung tombak dari pendidikan. Kebijakan yang kadang dinilai telah dikomersilkan untuk menguntungkan pihak tertentu. Kebijakan yang kadang berbau politik dan intrik yang tak kita mengerti.
Harusnya pendidikan itu murni, suci tak mengharap apapun kecuali keberhasilan siswa. Bukan, bukan keberhasilan siswa mendapat pekerjaan terbaik, tempat tinggal terhebat ataupun kendaraan yang istimewa.Bukan. Bukan itu.

Pendidikan seharusnya mampu membuat seseorang mempunyai skill atau keahlian yang spesifik yang nantinya berguna untuk hidupnya di masa yang akan datang.
Lebih jauh dari itu pendidikan seharusnya mampu menciptakan anak-anak yamg patuh, berakhlak baik, bermoral, berkararakter dan yang jauh lebih penting Pendidikan seharusnya mampu membuat seseorang beriman kepada Tuhan (Allah ta'ala).

Berat sekali bukan?

Pertanyaannya adalah,
Apakah lembaga pendidikan kita yakni sekolah mampu mewujudkan hal-hal tersebut? Ataukah mustahil? Karena itu terlalu idealis dan nantinya akan terbentur dengan kepentingan para kapitalis dan politik?

Apakah kini, siswa-siswa kita banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk mencari tahu lebih jauh tentang apa yang telah disampaikan guru di sekolah?

Saya rasa, anak-anak sudah terlalu lelah dijejali pengetahuan di sekolah yang yaa kadang bukan pengetahuan tapi hanya informasi yang disampaikan ala kadarnya. Tak menarik.
Belum lagi jika ada guru yang terlalu kaku, merasa dirinya yang selalu benar, siswa salah.

Apakah sekolah telah mematikan daya kreatifitas anak-anak kita ketika siswa mewarnai awan dengan warna hitam misalnya, guru langsung protes merasa itu salah karena menurutnya awan seharusnya berwarna putih. Padahal awan bisa saja hitam ketika mendung bukan?

Mungkin ada sekolah formal yang tak membatasi daya kreativitas anak, mungkin ada guru-guru yang luar biasa yang mengajar dengan sangat menarik bahnkan langsung belajar di alam. Tapi berapa jumlahnya? Sebandingkah dengan jumlah siswa kita?

Berbagai pertanyaan di atas melahirkan berbagai konsep pendidikan alternatif. Salah satu pendidikan alternatif yang dinilai cukup efektif adalah homeschooling atau sekolah di rumah. Well, bagaimana sebenarnya hakekat homeschooling ini?

Honestly, saya juga masih banyak belajar tentang ini. Membaca berbagai buku tentang homeschooling baik yang pro maupu  kontra, browsing berbagai web mencari lebih banyak lagi tentang homeschooling.

So far, saya ,masih belum menemukan keburukan dari homeschooling karena homeschooling yang saya fahami adalah konsep mendidik di rumah oleh orang tua siswa itu sendiri. Orang tua tentunya harus membangun kedekatan dengan sang anak agar ia nyaman berada dan belajar dengan orang tua nya sendiri dan tentu saja orang tua harus kreatif dalam belajar di rumah tersebut.

Karena belajar bukan hanya dengan membuka buku,
Tapi melihat alam yang luas adalah belajar, melakukan perjalanan adalah belajar, bahkan sakit adalah belajar.

Karena belajar bukan hanya di ruang kotak yang sempit tapi dengan keluar dari kotak tersebut barangkali kita akan lebih banyak belajar.

Karena pada hakekatnya, pendidikan itu usaha untuk mendapat ilmu. Ilmu yang bermanfaat dan bukan hanya demi selembar ijazah!
Pendidikan bukan hanya untuk itu!

Tapi ketika kita ingin beridealis ria di sebuah lembaga pendidikan yang bernama sekolah kadang itu semua bertabrakan dengan sistem yang ada. Sistem yang begitu kompleks, yang telah mengakar sangat kuat.

Sistem tersebut akan sulit kita ubah dengan tangan kita sendiri, terlalu besar resiko ketika kita mengatakan kita ingin merubah sistem pendidikan kita oleh karena itu dengan kekuatan yang kita punya, kita bisa membuat sistem sendiri di rumah kita yakni dengan metode homeschooling yang lebih fleksibel dan tentu saja tidak akan bertabrakan dengan kepentingan politik maupun kapitalis yang ada di luar sana.

Homeschooling hadir sebagai solusi atau sebagai alternatif pendidikan yang dapat dipilih orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Homeschooling bukan untuk menyaingi sekolah bukan pula untuk "menghancurkan" sekolah. Homeschooling hanyalah semua metode pendidikan yang bertujuan sama dengan sekolah, hanya saja caranya beda. Tak perlu diperdebatkan apalagi diributkan. Semua berpulang pada si anak bagaimana ia nyaman belajar? Karena every child is unique, every child is special.

Saya berharap kelak sistem pendidikan kita bisa lebih baik dan tidak ada lagi kepentingan politik maupun kapitalis yang mengotori dunia pendidikan yang begitu mulia.
Semoga!


Minggu, 26 Oktober 2014

Belajar Bahasa India

Bahasa India siapa yang suka? Hehe
Actually saya sendiri suka semua bahasa. Rasanya pengen bisa semua bahasa deh hehe
Nah, karena saya suka nonton film india ada beberapa kosa kata yang saya tahu diantaranya:
1. Madhlam = maksudnya?
2. Battani = saya tidak tahu
3. Chalo = ayo!
4. Janlnia = cepat!
5. Sajna = cintaku
6. Pyar = cinta
7. Tere liye = untuk mu
8. Loko = tunggu
9. Deko = lihat!
10. Rab = tuhan
11. Jodi = jodoh
12. Syukriya = terimakasih
13. Kya huwa = ada apa?
14. Kyu = kenapa?
15. Aca = ya/ sungguh
16. Nehi = tidak
17. Kabhi-kabhi = kadang-kadang


Hmm apalagi yaa?
Barangkali ada yang fans garis keras disini?silakan komen!^^