Senin, 27 Oktober 2014

Home schooling as an alternative education

Have you ever heard about home schooling?
What do you thing about it?

Aneh, tabu, gak biasa.

Mungkin itu pendapat yang beredar di masyarakat kita ketika denger istilah "homeschooling". Wajar, karena masyarakat kita sudah terlanjur terbiasa dengan belajar itu harus dengan guru, belajar itu harus dengan buku dan tentu saja belajar itu harus di sekolah. Banyak pendapat-pendapat yang sebenernya gak sesuai dengan hakikat pendidikan itu sendiri.
Coba deh fikirin, apa sih sebenernya tujuan pendidikan itu?
Apa tujuan kita sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, kuliah S1, S2 atau bahkan S3?

Coba jawab!
Udah?
Mungkin kebanyakan orang akan jawab bahwa kita sekolah tinggi tentunya untuk dapet ijazah terus ngelamar kerja deh. Karena ngelamar kerja pasti diminta ijazah, transkip nilai dan seterusnya dan seterusnya. Kayaknya masyarakat kita kebanyakan kaya gini ya?(jangan-jangan termasuk saya?!)
Atau ada juga yang melanjutkan pendidikan setinggi mungkin biar jabatannya naik, kalo jabatannya naik otomatis gajinya juga naik betul ga nih?hehe
Yang lebih naif lagi kalo ada yang ngejar gelar biar di undangan gelarnya banyak di undangan pernikahan nanti.haha
Yaa nggak salah sih sebenernya mungkin itu salah satu kebanggaan orang tua juga ketika anaknya punya gelar banyak dan ditulis di kartu undangan hehe...

Hal-hal yang telah disebutkan di atas adalah fakta yang terjadi di masyarakat kita. Pendidikan masih sebatas formalitas. Formalitas untuk mendapat kebahagiaan (?) Lebih jauh lagi pendidikan menjadi komoditi empuk untuk dikomersilkan. Mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan para kapitalis. Belum lagi di zaman demokrasi ini pendidikan juga banyak dipolitisir oleh para politisi busuk.

Pendidikan itu sebenarnya adalah suatu yang sangat fundamental bagi suatu bangsa. Jika saja semua stakeholder di bidang pendidikan mengerti bahwa siswa bukanlah robot yang bisa diperintah semaunya, dan guru bukanlah malaikat yang dituntut begitu banyak hal, dibebani berbagai tugas.

Mereka hanya tahu bagaimana membuat sebuah kebijakan. Sebuah kebijakan yang kadang justru merugikan siswa dan guru itu sendiri yang merupakan ujung tombak dari pendidikan. Kebijakan yang kadang dinilai telah dikomersilkan untuk menguntungkan pihak tertentu. Kebijakan yang kadang berbau politik dan intrik yang tak kita mengerti.
Harusnya pendidikan itu murni, suci tak mengharap apapun kecuali keberhasilan siswa. Bukan, bukan keberhasilan siswa mendapat pekerjaan terbaik, tempat tinggal terhebat ataupun kendaraan yang istimewa.Bukan. Bukan itu.

Pendidikan seharusnya mampu membuat seseorang mempunyai skill atau keahlian yang spesifik yang nantinya berguna untuk hidupnya di masa yang akan datang.
Lebih jauh dari itu pendidikan seharusnya mampu menciptakan anak-anak yamg patuh, berakhlak baik, bermoral, berkararakter dan yang jauh lebih penting Pendidikan seharusnya mampu membuat seseorang beriman kepada Tuhan (Allah ta'ala).

Berat sekali bukan?

Pertanyaannya adalah,
Apakah lembaga pendidikan kita yakni sekolah mampu mewujudkan hal-hal tersebut? Ataukah mustahil? Karena itu terlalu idealis dan nantinya akan terbentur dengan kepentingan para kapitalis dan politik?

Apakah kini, siswa-siswa kita banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk mencari tahu lebih jauh tentang apa yang telah disampaikan guru di sekolah?

Saya rasa, anak-anak sudah terlalu lelah dijejali pengetahuan di sekolah yang yaa kadang bukan pengetahuan tapi hanya informasi yang disampaikan ala kadarnya. Tak menarik.
Belum lagi jika ada guru yang terlalu kaku, merasa dirinya yang selalu benar, siswa salah.

Apakah sekolah telah mematikan daya kreatifitas anak-anak kita ketika siswa mewarnai awan dengan warna hitam misalnya, guru langsung protes merasa itu salah karena menurutnya awan seharusnya berwarna putih. Padahal awan bisa saja hitam ketika mendung bukan?

Mungkin ada sekolah formal yang tak membatasi daya kreativitas anak, mungkin ada guru-guru yang luar biasa yang mengajar dengan sangat menarik bahnkan langsung belajar di alam. Tapi berapa jumlahnya? Sebandingkah dengan jumlah siswa kita?

Berbagai pertanyaan di atas melahirkan berbagai konsep pendidikan alternatif. Salah satu pendidikan alternatif yang dinilai cukup efektif adalah homeschooling atau sekolah di rumah. Well, bagaimana sebenarnya hakekat homeschooling ini?

Honestly, saya juga masih banyak belajar tentang ini. Membaca berbagai buku tentang homeschooling baik yang pro maupu  kontra, browsing berbagai web mencari lebih banyak lagi tentang homeschooling.

So far, saya ,masih belum menemukan keburukan dari homeschooling karena homeschooling yang saya fahami adalah konsep mendidik di rumah oleh orang tua siswa itu sendiri. Orang tua tentunya harus membangun kedekatan dengan sang anak agar ia nyaman berada dan belajar dengan orang tua nya sendiri dan tentu saja orang tua harus kreatif dalam belajar di rumah tersebut.

Karena belajar bukan hanya dengan membuka buku,
Tapi melihat alam yang luas adalah belajar, melakukan perjalanan adalah belajar, bahkan sakit adalah belajar.

Karena belajar bukan hanya di ruang kotak yang sempit tapi dengan keluar dari kotak tersebut barangkali kita akan lebih banyak belajar.

Karena pada hakekatnya, pendidikan itu usaha untuk mendapat ilmu. Ilmu yang bermanfaat dan bukan hanya demi selembar ijazah!
Pendidikan bukan hanya untuk itu!

Tapi ketika kita ingin beridealis ria di sebuah lembaga pendidikan yang bernama sekolah kadang itu semua bertabrakan dengan sistem yang ada. Sistem yang begitu kompleks, yang telah mengakar sangat kuat.

Sistem tersebut akan sulit kita ubah dengan tangan kita sendiri, terlalu besar resiko ketika kita mengatakan kita ingin merubah sistem pendidikan kita oleh karena itu dengan kekuatan yang kita punya, kita bisa membuat sistem sendiri di rumah kita yakni dengan metode homeschooling yang lebih fleksibel dan tentu saja tidak akan bertabrakan dengan kepentingan politik maupun kapitalis yang ada di luar sana.

Homeschooling hadir sebagai solusi atau sebagai alternatif pendidikan yang dapat dipilih orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Homeschooling bukan untuk menyaingi sekolah bukan pula untuk "menghancurkan" sekolah. Homeschooling hanyalah semua metode pendidikan yang bertujuan sama dengan sekolah, hanya saja caranya beda. Tak perlu diperdebatkan apalagi diributkan. Semua berpulang pada si anak bagaimana ia nyaman belajar? Karena every child is unique, every child is special.

Saya berharap kelak sistem pendidikan kita bisa lebih baik dan tidak ada lagi kepentingan politik maupun kapitalis yang mengotori dunia pendidikan yang begitu mulia.
Semoga!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar